JAKARTA, STLNEWS.co – Timor Leste saat ini sudah menjadi negara independen, tetapi sejarah mencatat bahwa Timor Leste pernah menjadi bagian dari negara Indonesia, sebagai provinsi ke 27 (XXVII).
Warisan sejarah salah satunya adalah paviliun atau anjungan provinsi Timor Timur yang berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur yang dibangun pada tahun 1979 dimana Presiden kedua Indonesia, Soeharto, meresmikannya pada tanggal 20 April 1980.

Paviliun Timor Timur tersebut dibangun dengan model dari daerah Lospalos, yang bernama Uma Lautem. Di dalam Uma Lautem tersebut terdapat barang-barang tradisional yang berasal dari Timor Leste seperti kain tradisional tais, surik (pedang tradisional), alat-alat musik, foto-foto sejarah, aneka macam kerang laut dari daerah Atauro, serta lainnya. Namun setelah Timor Leste merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada tanggal 20 Mei 2002, manajemen dari TMII memutuskan untuk mengalih fungsikan atau merubah statusnya menjadi museum hingga sekarang ini.

Dari pengamatan tim STL pada Jumat (17/03/2023), banyak pengunjung yang datang dan mengambil foto di depan Uma Lautem. Masuk ke musem dikenakan biaya Rp 5.000 atau setara dengan 50 sen. Museum sendiri dibuka pada pukul 09:00 WIB (11:00 OTL) dan tutup pada pukul 16.00 WIB (18:00 OTL).

Pada saat Tim STL datang mengunjungi Museum Timor Timur, sedang dilakukan renovasi namu terhenti sejak pandemi Covid-19 yang lalu. Kondisi di dalam Uma Lautem cukup gelap, tidak ada listrik, berdebu, banyak keramik yang tidak terpasang, dan banyak kain tradisional tais yang sudah usang dan robek.
“Seharusnya paviliun ini sudah direnovasi, tetapi terhenti sejak Covid-19. Tidak tahu kapan akan dilanjutkan kembali, tetapi pasti tetap akan dilanjutkan proses renovasinya,” kata salah satu staf museum yang menemani tim STL dalam kunjungan tersebut.
Museum Timor Timur sendiri dulunya merupakan anjungan atau paviliun dari Provinsi Timor Timur, dimana banyak menerima kunjungan kepala negara dari luar negeri seperti Perdana Menteri India, Naelam Sanjuva beserta istri pada tanggal 4 Desember 1980.
Reportase: Antonio Cesar
Editor: Antonio Cesar