Dom Virgilio Minta Kaum Muda Ciptakan Perdamaian

DILI, STLNEWS.co – Uskup Agung Metropolitan Dili, Dom Virgilio Kardinal Do Carmo da Silva, SDB meminta kepada kaum muda untuk menggunakan seni bela diri sebagai sarana olahraga, bukan untuk mendiskriminasi atau mengganggu ketenangan dan kedamaian, tetapi untuk memupuk rasa kebanggaan sebagai anak-anak Timor yang berkontribusi untuk perdamaian.

Ajakan Dom Virgilio itu terkait dengan terjadinya kericuhan antar kaum muda setelah upacara kelulusan seni bela diri di Tibar, Distrik Likisa.

“Saya melihat kegiatan dalam kelompok ini memiliki aspek olahraga yang baik, namun sangat penting untuk memperkuat jiwa keberanian. Tetapi, pemimpin seni bela diri perlu mengontrol anggotanya,” kata Dom Virgilio kepada wartawan di Baukau, Selasa (15/8/2023).

Dom Virgilio menilai konfrontasi kaum muda membuat orang merasa malu karena kekerasan melebihi dari sekadar mendiskriminasi atau menyakiti dan hasil akhirnya merusak martabat seseorang.

“Pemerintah telah memberikan kebebasan untuk menjalankan kegiatan olahraga ini, karena setiap orang berkontribusi dalam mempromosikan perdamaian, kebaikan, dan keragaman. Kelompok dalam seni ini berusaha untuk membawa kesehatan yang baik bagi semua orang. Karena itu, saya minta kepada kaum muda untuk memanfaatkan kegiatan ini sebagai sarana olahraga bukan untuk mendiskriminasi atau merugikan kita, tetapi untuk menciptakan rasa kebanggaan sebagai generasi muda Timor yang baru,”tuturnya.

Dom Virgilio juga meminta kepada semua yang terlibat dalam kegiatan olahraga Seni Bela Diri untuk menunjukkan bahwa melalui seni ini, mereka telah belajar membawa orang untuk hidup dalam damai dan menghargai perbedaan sebagai saudara dan saudari. Ini adalah jalan untuk menghilangkan diskriminasi sehingga perdamaian bisa terus berkembang di Timor.

Harus  Bertanggungjawab

Sementara itu, Komandan Polisi Nasional Timor Leste (PNTL) Distrik Dili, Superintendente Polisi, Orlando Pereira Gomes meminta kepada pengurus organisasi PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) dan Arte Ritual 77 untuk bertanggungjawab atas tindakan kejahatan yang dilakukan oleh anggota mereka di dalam wilayah Dili.

“Kami akan memanggil para pemimpin organisasi seni bela diri PSHT dan Arte Ritual 77 untuk menjelaskan, dan mereka harus bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh anggota mereka,” kata Orlando.

Menurut Orlando, apabila pemimpin seni bela diri mengontrol anggota mereka agar menghormati seni bela diri lainnya, maka konfrontasi tidak akan terjadi. Tetapi jika mereka tidak mengontrol anggota mereka dengan baik, maka konfrontasi akan terjadi dan beberapa orang menjadi korban.

Dikatakan, sebelum kegiatan PSHT berlangsung, para pemimpin organisasi seni bela diri, seperti IKS (Ikatan Kera Sakti), PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate), KORK dan Arte Ritual 77 untuk mengontrol anggota mereka agar bekerja sama dan menciptakan stabilitas.

“Ketika mereka tidak mematuhi ini, saya akan menghubungi para pemimpin mereka dan mereka akan menghadapi konsekuensinya. Saya meminta mereka untuk memastikan anggota mereka berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas,” ujarnya.

Ketua  Umum KRAM, Octavio da Conceicao, menjelaskan bahwa pemimpin kelompok seni bela diri dan kelompok ritual seni dapat mengimbau kepada anggota mereka untuk menghindari tindakan provokatif di masa depan guna menciptakan perdamaian dan stabilitas di Timor-Leste.

Dia juga meminta anggota untuk mematuhi Undang-Undang Nomor 5/2017 tentang regulasi kegiatan seni bela diri dan ritual seni serta senjata tumpul untuk menghindari provokasi di masa depan. Karena tanggung jawab atas tindakan kejahatan ini adalah tanggung jawab individu, bukan organisasi, dan bukan komisi pengatur seni bela diri yang harus memerintah atau mengendalikan mereka.

Dewan tinggi Arte Ritual 77, Estevao Freitas Espirito Santo mengatakan bahwa mereka telah memberikan pedoman kepada semua anggota Arte Ritual untuk mempertahankan disiplin demi berkontribusi pada perdamaian di Timor-Leste.

Jika anggota yang menciptakan ketidakstabilan, pemimpin Arte Ritual tidak akan bertanggung jawab, tetapi menyerahkan kasus tersebut kepada PNTL untuk diproses secara hukum.

“Kami terus memberikan pesan kepada anggota di dalam Kota Dili dan semua distrik untuk tetap menjaga posisi masing-masing dan tidak mempermasalahkan siapa pun. Ketika kita besar, kita memikul tanggung jawab kita sendiri,” tegasnya.

(joa/jeniche)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here