DILI, STLNEWS.co – Mantan Panglima Angkatan Bersenjata Timor Leste, Lere Anan Timur mengatakan kampanye pemilihan umum (Pemilu) untuk memilih anggota parlamen nasional 2023 merupakan kesempatan terakhir bagi generasi tua untuk mengambil tampuk kepemimpinan.
“Ini adalah kesempatan terakhir bagi pemimpin generasi tua untuk mengambil tampuk kepemimpinan. Artinya lima tahun mendatang generasi tua jangan lagi berkompetisi dengan generasi baru untuk merebut kekuasaan,” kata Lere Anan Timur ketika berdialog dengan militan dan simpatisan FRETILIN di Kecamatan Vera Cruz, Distrik Dili, Selasa (25/4/2023).
Jenderal (Pur) bintang tiga itu menyebutkan sejumlah tokoh Timor Leste yang lima tahun mendatang tidak berkompetisi lagi dalam politik karena faktor usia adalah Mari Bim Amude Alkatiri, Jose Ramos Horta, Xanana Gusmao dan sejumlah tokoh lainnya.
“Mereka adalah pemimpin perjuangan. Namun karena faktor usia, maka lima tahun mendatang, mereka tidak lagi berkompetisi dengan generasi baru untuk mengambil tampuk kepemimpinan. Karena itu, lima tahun terakhir ini mereka harus memberikan yang terbaik dan membawa generasi baru ke jalan yang benar,” kata Lere.
Lere mengatakan pada kampanye hari pertama di Baukau sejumlah kaum muda menyebutkan bahwa Xanana bukan ‘Avo’ mereka. Itu tidak benar.
“Ketika kami kampanye di Baukau, saya bilang Avo Nana, tapi mereka bilang kami tidak punya Avo Nana. Kalau begitu nenekmu Soeharto. Kalau bukan Xanana, siapa lagi,” tandasnya.
Menurut dia, siapapun yang mendapat kepercayaan dari rakyat untuk memimpin bangsa dan negara ini harus mengikuti budaya dan tradisi. Cucu jangan menjadi ayah.
“Jika saat ini sudah tidak kenal Xanana, maka besok atau lusa generasi muda sudah tidak saling kenal. Kalian akan berpisah dan situasinya lebih buruk. Kesempatan itu akan dimanfaatkan oleh orang-orang oportunis,” paparnya.
Bukan hanya itu. Pada bagian lain, kata Lere, ada yang menyebutkan bahwa Xanana dan Mari Alkatiri bukan nenek mereka. Mereka bertepuk tangan dan mulai saling hujat-menghujat dan saling menjelek-jelekan satu dengan lainnya.
Ia menambahkan bahwa partai yang berkuasa, namun pemimpinnya tidak bersatu akan mengalami kesulitan.
Sementara itu, Koordinator Kecamatan Vera Cruz , Rui Ilidio meminta kapada militan dan simpatisan FRETILIN untuk tetap menghormati para pemimpin dari generasi tua di Timor Leste.
Ia juga meminta kepada para pemimpin partai politik agar tidak mengeluarkan kata-kata yang provokatif, sehingga fokus pada militan dan simpatisan untuk meraih kemenangan pada pemilu parlamen 21 Mei 2023.
“FRETILIN bukan nama baru di Timor Leste. FRETILIN adalah satu dari lima partai lama yang eksis di Timor Leste yaitu Fretilin, UDT, KOTA, Trabhalista dan Apodeti. Tetapi Apodeti mempunyai tujuan untuk bergabung dengan Indonesia,” ujarnya.
Menurut Lere, FRETILIN adalah rumah suku untuk semua orang Timor karena FRETILIN adalah partai historis yang mempunyai pemimpin historis. Apabila tidak ada pemimpin historis maka partai historis ini juga tidak eksis.
“FRETILINbukan milik satu orang, tetapi FRETILIN milik semua orang. Fretilin milik rakyat maubere,” tuturnya.
Koordinator Kecamatan Vera Cruz, Rui Ilidio mengatakan mereka yang berpartisipasi dalam dialog itu berasal dari 7 desa terdiri dari veteran OPMT, pemuda FRETILIN, militan dan simpatisan.
(eme)